Kamis, 12 Februari 2015

Sekarangku

Tanpa disadari, kemudian kita menjadi dekat. Seperti sekarang. Banyak yang tidak memahami kita sebenarnya. Dunia kita berbeda. Tapi siapa peduli? Yang penting kita paham dengan apa yang kita jalani.

Aku tidak mau merepotkan siapapun, terlebih itu kamu, yang memang belum punya ikatan tanggung jawab apapun denganku.
Aku tidak perlu memiliki waktu spesial untuk berdua saja denganmu. Karena semua waktuku itu istimewa, terlebih jika kulewatkan bersamamu.
Aku tidak perlu jalan-jalan berdua bersamamu ke mana-mana hanya untuk menunjukkan kamu adalah milikku. Aku tidak perlu makan malam romantis denganmu hanya untuk mengetahui bahwa kamu mencintai aku.
Karena aku tahu, kamu mencintaiku dengan sederhana, akupun begitu. Aku menikmati setiap waktu yang terlewat. Setiap rindu yang tertahan di hati. Setiap cinta yang meletup-letup kecil setiap hari. Aku menikmati setiap pembicaraan, setiap cerita, setiap hal kecil yang kamu bagikan.
Aku menikmati mencintai dan dicintai olehmu, sekarangku.

Senin, 15 Desember 2014

Terlalu Baik Itu Nggak Baik.

Ada beberapa hal yang nggak gue suka dari diri gue sendiri, salah satunya adalah sifat gue yang selalu ngerasa nggak enakan. Sifat ini mungkin membuat gue baik di mata orang lain, tapi sifat ini juga terkadang bikin gue ngerasa kayak menyiksa diri sendiri.
Mungkin karena gue yang terlalu baik, atau mungkin gue yang nggak terlalu baik buat diri gue sendiri. Gue sadar, sifat ini harus secapat mungkin gue hilangkan.

Bukan karena gue nggak mau jadi orang baik. Tapi, menurut gue, jadi orang baik pun nggak harus ngejahatin diri sendiri. Malah gue berpikir, terkadang jahat itu perlu, supaya kebaikan kita nggak bikin orang lain jadi berpikir buat ngejahatin kita. Biar bagaimanapun, jahat atau baik itu relatif. Karna setiap orang punya sudut pandang yang nggak sama. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata orang lain.

Yang udah ya udah

Nggak kerasa udah ber bulan-bulan blog ini gue cuekin. Bahkan gue sempet lupa kalo punya blog. Maklum, sibuk banget. Jangankan ngeblog, ngetwit aja kadang cuma seminggu sekali. Bener apa kata orang bijak "musuh terbesar kreatifitas adalah rutinitas". Itu gue rasain banget ketika lagi punya banyak ide, tapi gak punya banyak waktu. Buat gue menulis itu gak segampang ada ide, tinggal tulis. Menulis juga butuh waktu dan mood yang pas. Susah nulis dalam keadaan mood lagi jelek. Tapi sekarang gue mau aktif ngeblog lagi. Mudah-mudahan akan terus berlanjut sampai ajal memisahkan kita. Yaelah.
Kali ini gue mau menulis tentang sesuatu yang selalu dianggap tabu oleh masyarakat. Mantan.
Pembahasan tentang mantan emang udah biasa banget. Bahkan hampir setiap gue buka timeline twitter, selalu ada yang ngetwit tentang mantan. Gue juga sebenernya males ngebahas mantan, tapi gak tau kenapa, di kuping gue seakan ada bisikan ghaib yang memaksa gue untuk menulis tentang mantan. Kebetulan kemaren gue baru aja didatengin sosok mantan yang dulu pernah gue pacarin 1,5 tahun.
Gak gampang ngelupain dia. Butuh waktu sekitar 1 tahunan untuk bener-bener lupa. Tapi setelah masa-masa sulit itu berhasil gue lewati, dengan gampangnya dia dateng lagi. Kayak yang udah-udah, mantan selalu dateng lewat pesan singkat dengan kalimat "kamu apa kabar?". Mantan gak pernah tau, kalimat "kamu apa kabar?" itu emang sederhana, tapi dampaknya gak sederhana.
Singkat cerita, setelah saling nanya kabar, gue dan dia ketemuan. Sekalian reuni. Jujur sebenernya perasaan gue ke dia udah bener-bener gak ada. Tapi setelah ketemu dia lagi, semua berubah. Aneh. Gue jadi gerogi banget. Saking geroginya, di tengah pembicaraan, gue sempet salah ngomong. "Udah lama ya kita gak ketemu. Papa kamu masih yang dulu?"
Syit men! Malu gue. Yakali papanya udah ganti.
Gue berusaha untuk tetap terlihat cool. Nyari topik bahasan yang sekiranya bisa mencairkan suasana canggung di antara kami. "Kamu apa kabar? Tanya gue dengan suara yang agak bergetar karna gerogi. "Tadi kan kamu udah nanya itu".
Bedebah! Salah ngomong lagi.
Tapi kemudian suasana canggung itu lama-lama mulai mencair. Gue dan dia jadi nyambung lagi. Ngobrol ngebahas cerita-cerita lama. Ngetawain hal-hal lucu saat pacaran dulu. Sampai akhirnya dia pun cerita tentang kehidupannya yang sekarang. Setelah putus dari gue, ternyata dia juga butuh waktu lama buat ngelupain gue. Sekarang, dia udah bener-bener bisa ngelupain gue. Dan sekarang.. dia udah punya cowok.
KAMPRET
Ternyata dia ketemuan sama gue cuma karna iseng pengen tau gimana kabar gue. Dia gak tau, hal yang dia anggap cuma iseng itu lumayan bikin gue sesak napas. Kayak lagi berlari, kemudiam terjatuh. Pas udah berdiri dan berlari lagi, tiba-tiba ditekling Cristian Ronaldo. Sakit. Tapi yaudah lah. Pass is pass. Lagian kalo dipikir-pikir, yang salah ya gue sendiri. Harusnya gue gak perlu berharap banyak ketika dia nanya kabar. Harusnya gue tau, ketika mantan nanya kabar gak selalu berarti pengen balikan. Mungkin cuma silaturahmi dalam rangka menjalankan perintah agama.

Senin, 03 Maret 2014

KELELAHAN

Aku pernah berjalan kaki sendiri. jaraknya cukup jauh, seingatku waktu itu aku menempuhnya dalam waktu 3 jam di bawah terik siang yang bolong. jadi misal satu langkah = 1 detik, artinya ada kira-kira 11ribuan kali aku telah melangkahkan kakiku dengan penuh pergumulan. aku tidak punya uang sepeser pun dan pada waktu itu juga tidak ada keberanian untuk aku meminta tumpangan. sepanjang jalan aku hanya bersungut-sungut, tetapi sesekali juga aku bertanya-tanya sendiri. aku pikir saat itu, satu-satunya yang menanggapi pergumulanku hanyalah aku sendiri.
kemudian aku mulai menanggapinya dengan bernyanyi. entah, saat itu aku lebih suka menyanyikan lagu yang liriknya tidak aku hafal secara keseluruhan. tetapi aku terus berjalan maju. ada rasa lelah yang begitu melilit di kaki, tetapi juga nyeri di pundak karena aku menggendong tas yang lumayan diisi banyak buku. sambil menahan lelah dan sakit, aku memperhatikan langkah kakiku dengan maksud, aku bisa melupakan tentang betapa masih jauhnya perjalanan itu.
waktu berlalu, masih berjalan. 3 jam lebih beberapa menit, akhirnya aku tidak mengikuti langkah waktu lagi. aku sudah sampai dan membuka pintu terasa berat. kemudian aku masuk dan yang aku pikirkan hanyalah air. aku begitu haus, mungkin dehidrasi. secepatnya aku mengarah ke kulkas dan mengambil sebotol air dingin dari dalamnya. kau tahu? pelajaran di hidupku, kurasa ini pelajaran penting dan mungkin aku tidak akan mendapatkannya bila tanpa kelelahan. benar adanya ini membuatku belajar, yaitu bahwa aku sanggup melihat indahnya seteguk air setelah melangkah ribuan kali.

Jumat, 28 Februari 2014

SUSAHNYA MENERIMA KEGANTENGAN

Benar adanya, sesungguhnya orang harus menerima kenyataan hidup. apapun itu. takdir tak bisa dibantah, manusia seakan hanya harus menerimanya. gue sempet ragu ketika banyak orang bilang gue ganteng. tapi setelah gue pikir-pikir, jangan-jangan jadi orang ganteng emang nasib gue?? yaudalah terima aja.

di zaman yang “apasih” ini, ternyata jadi orang ganteng itu susah. iya. telah melekat di bayangan orang kalo orang ganteng itu digandrungi, dieluk-elukkan, dipuja, dikagumi. oke itu bener, tapi itu zaman dulu. kalo zaman sekarang, orang ganteng itu malah banyak di-diskriminasi, difitnah, dituduh dan disalah-artikan.

sampe sekarang gue masih kesel sama siapa itu yang bilang, dia bilang kalo cowok ganteng itu kemungkinannya cuma 2, yaitu kalo nggak brengsek, dia gay. paradigma itu merugikan gue sebagai cowok ganteng setia baik hati suka menabung penuh talenta sayang mama dan… genit. :|

gue pernah pasang dp bbm berdua sohib gue yang ganteng juga, sohib gue ini emang udah deket banget sama gue. dia friend gue yang emang sering gila-gilaan bareng sama gue lah. harusnya dengan gue memajang dp bareng dia, orang akan berpikir tentang indahnya persahabatan. tapi apa yang gue terima?? komentar temen-temen gue yang laen malah,"ciyeeee…", "langgeng yaaa..", "kapan kalian married??" fakkk! (ini tadinya gue pengen nulis faaaaakkkkkkkkkkkkkk, cuma kepanjangan). gue bete! kenapa dua orang ganteng yang foto bareng dibilangnya gay?



Minggu, 16 Februari 2014

KEBERUNTUNGAN ITU MUNGKIN DATANG LAGI

Ya.. kadangkala, sesuatu membuat kita berpikir tidak rasional. terlalu merasakan mungkin. sesuatu yang sebenarnya menyenangkan, atau bahkan membahagiakan. sesuatu yang menjadikan diri kita merasa beruntung karena bisa merasakannya, menikmatinya. hanya saja, sesuatu itu tidak lewat begitu saja. itu membekas, atau lebih dari membekas; seperti disandera oleh perasaan kita sendiri. sesuatu itu tidak dapat pergi begitu saja, tidak hanya sekadar membuat kita beruntung, melainkan berharap. ada harapan semacam, sesuatu itu mungkin terulang. keberuntungan itu mungkin datang lagi, atau bisa dinikmati kapanpun kita mau. dan pada kenyataannya, kita tak bisa. itu memukul hati kita. ada lebam di dalam dada. sesuatu yang pada awalnya kita pikir itu keberuntungan, itu berubah menjadi kepedihan, hanya karena kita tidak bisa memilikinya. apa kalian pernah mengalami hal ini? maksudku, mendapati sesuatu itu, keberuntungan itu, kepedihan itu? seperti apa bentuknya? apakah itu sebuah pertemuan? senyuman? pelukan? ciuman?

perasaan. mungkin sesuatu itu datang untuk memberi pelajaran, bahwa kita tidak dapat menjadi profesional pada semua hal. ketika lebih dari mengalami, kita mencoba memahami, kemudian menghayati, lalu mengharapkan, dan kita terjebak di dalam perasaan kita sendiri, sendirian.